Rabu, 26 November 2008

ROMANTIKA MASA SMA

Rani adalah seorang siswi SMA kelas XI yang cantik dan manis. Namun, ia memiliki jiwa pemberontak. Rani tidak pernah menuruti keinginan orang tuanya. Sejak kecil ia tidak pernah membahagiakan orang tuanya. Padahal ayah dan ibunya adalah dokter. Mereka ingin anaknya juga menjadi dokter. Namun, sepertinya cita-cita orang tua Rani pupus di tengah jalan ketika melihat tingkah laku anaknya yang sudah tidak bisa diatur. Banyak cara yang sudah dilakukan oleh kedua orang tua Rani. Tetapi, semua usaha itu bagaikan menulis di atas air. Semua percuma saja. Rani memiliki teman yang banyak namun diantara teman Rani hanya sedikit yang pintar dan baik hati. Kebanyakan dari mereka adalah anak “Punk” yang identik dengan kekerasan dan jauh dari sikap sholeh dan sholehah.

Rani memiliki satu teman lelaki yang sangat baik dan sholeh. Ia bernama Sofyan. Sofyan adalah teman Rani ketika SMP. Sofyan memiliki banyak kelebihan yaitu, ia tidak pernah lupa tentang kewajibannya menjalankan sholat lima waktu, mengaji, membantu orang tua angkatnya, dan masih banyak lagi tingkah lakunya yang sangat menyenangkan. Selain itu, Sofyan memiliki sifat penyabar, jujur, dan masih banyak lagi sifat terpuji yang dimilikinya. Walaupun begitu ia sama seperti teman-teman lainnya. Seperti peribahasa tiada gading yang tak retak. Sofyan juga memiliki kekurangan, ia sering merasa minder apabila bergaul dengan teman sebayanya. Berbeda lagi dengan Rino, ia adalah teman SMA yang sangat dekat dengan Rani. Rino memiliki sifat yang hampir sama dengan Rani, egois, pemarah, suka mencari musuh, susah diatur. Itulah yang menyebabkan Rani menerima Rino menjadi pacarnya.

Rani dan Rino sudah pacaran kurang lebih dua tahun. Awalnya Rani dan Rino satu kelas ketika masa orientasi siswa. Kemudian kelas mereka dipencar maka Rani berpisah dengan Rino. Namun, walaupun mereka terpisah mereka masih tetap berteman. Setiap malam minggu mereka selalu pergi ke diskotik. Di malam minggu mereka menganggap rumah mereka adalah diskotik. Mereka selalu pulang di atas jam dua belas malam. Orang tua Rani semakin resah terhadap pergaulan putrinya. Namun mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Yang bisa dilakukan hanyalah mendoakan agar anaknya kembali ke jalan yang benar. Mulai dari bimbingan rohani seperti mengaji hingga menitipkan Rani di pondok pesantren.

Beberapa hari yang lalu Rani pergi dari rumah karena ia merasa terkekang oleh perlakuan ayah dan ibunya kepada dirinya. Ia mencari kos-kosan di dikat kos pacarnya. Kira-kira jarak kos-kosan Rani dan Rino hanya 500 meter. Dengan keadaan itu semakin membuat Rani dan Rino leluasa melakukan apapun. Apalagi mereka berdua terpisah jauh dengan orang tuanya. Kemanapun mereka pergi, selalu bersama pergaulan mereka sudah terlalu melampaui batas.

Sementara itu, ayah dan ibu Rani bingung kemaa mereka harus mencari anaknya. Orang tua Rani teringat kepada Sofyan, teman SMP Rani. Mereka berkunjung ke rumah Sofyan untuk meminta bantuan. Sofyan berjanji akan membantu mereka. Sudah satu bulan Rani menuinggalkan rumah. Ia pun tidak masuk sekolah. Suatu hari, ketika Sofyan pulang sekolah ia bertemu Rani di jalan. Namun, ia tidak yakin apakah benar bahwa dia itu Rani, seorang gadis manis, cantik, dan berasal dari keluarga berada. Ia tidak yakin karena gadis yang dilihatnya itu berambut merah dan cokelat serta “Norak”. Gadis yang dilihatnya seperti gadis “Punk” dengan sedikit rasa ragu Sofyan memanggil gadis tersebut.

“Rani......!Rani....!Rani...!” teriak Sofyan.

Rani menoleh. Namun, ia segera mengalihkan pandangan. Ia sadar bahwa Sofyan akan melaporkan keberadaan dirinya.Apabila hal iru terjadi maka ia tidak bisa bebas.

Rani terus berlari. Sofyan mengejarnya dengan sepeda motor. Akhirnya Sofyan berhasil menangkap Rani. Perlahan-lahan Sofyan menanyakan apa sebenarnya yang terjadi. Memang tidak mudah meminta Rani menceritakan keadaan dirinya. Namun, berkat kesabaran Sofyan, Ranipun luluh. Perlahan-lahan ia mulai bercerita.

“Awalnnya, aku pergi dari rumah karena ajakan Rino, pacarku. Selain itu aku muak dengan tingkah laku orang tuaku yang terlalu mengekang perbuatanku. Aku ingin bebas seperti kupu-kupu,” ujar Rani.

“Aku tahu bagaimana perasaanmu. Namun, menurutku lebih baik kamu kembali ke rumah karena ayah ibumu sedang menanti. Kamu harus membahagiakan orang tuamu. Kamu pasti tidak tahu bagaimana rasanya tidak punya orang tua?,” ujar Sofyan yang panjang kali lebar hingga menjadi luas dan keliling. Rani terdiam. Ia ingat bahwa Sofyan tidak punya orang tua kandung.

“Orang tua sangat penting bagi kita karena mereka mengerti apa yang kita inginkan,” kata Sofyan. Dengan kata-kata rayuan Sofyan, akhirnya Rani kemballi ke rumahnya. Namun, Rani tidak bisa lepas dari yang namanya diskotik. Setiap malam ia tetap pergi bersama Rino ke diskotik. Sebenarnya Rani sudah lelah jika ia harus mengikuti perintah Rino yang playboy itu. Namun, hal itu diurungkannya karena Rino adalah siswa yang paling tampan di sekolahnya.

Rino dan Sofyan memang berbeda. Rino memang anak orang kaya dan tampan. Namun, Sofyan biasa saja. Tidak ada yang perlu dilebih-lebikan atas keadaan fisiknya. Sofyan adalah anak panti asuhan yang sederhana, rajin sholat lima waktu. Rani memang memilih Rino. Namun, perlahan Rina merasa suka dengan Sofyan. Ia memberanikan diri mengatakan pada Sofyan.

“ Yan, aku suka sama kamu!” ujar Rani.

“A...A...A...Aku nggak tahu mau jawab apa?” jawab Sofyan.

“Bukannya kamu sudah punya pacar?” tambah Sofyan

“Ya sih! Tapi bentar lagi putus kok ujar Rani.

Sofyan tidak bisa menolak permintaan gadis manis tersebut. Ternyata Rani berbohong ia masih tetap menjalin hubungan dengan Rino. Walaupun sekarang ia sudah melakukan sholat dan membaca Al-Quran. Hal ini tidak mempengaruhi keinginan Sofyan untuk menyadarkan Rani.

Suatu hari Rani emlihat Rino makan bersama perempuan lain di sebuah rumah makan. Dari situ Arani mulai curiga dan membenci Rino. Ia sadar bahwa Rino bukan orang yang baik. Sofyan jauh lebih baik daripada Rino. Keesokan harinya Rani menyatakan putus dengan Rino. Ia memilih Sofyan menjadi pacarnya.

Akhirnya Rani masuk sekolah lagi. Ketika lulus SMA ia melanjutkan ke perguruan tinggi fakultas kedokteran. Ia sangat senang. Begitu pula dengan orang tuanya. Sofyanpun merasa senang karena pacarnya dapat berhasil dan membahagiakan oran tuanya.

Tidak ada komentar: